Minggu, 07 Mei 2017

Minat Bermain dan Perkembangan Anak (bagian 1)

minat-bermain-dan-perkembangan-anak-mainan-edukasi
Minat Bermain dan Perkembangan Anak

Apabila suatu hari kita mengunjungi taman penitipan anak (day care), maka kita dapat mengamati adanya perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada setiap anak. Secara kemampuan fisik, terdapat beberapa anak sedang mengendarai sepeda roda dua, beberapa anak sudah dapat menggunakan gunting dengan baik, dan beberapa anak sedang melompat-lompat di sekitar pekarangan. Ada juga sekelompok anak yang sedang bekerja sama dengan baik di sudut kotak pasir dan Anda juga melihat beberapa anak-anak yang lebih tua sedang membantu anak-anak yang lebih muda dalam melengkapi atau menyelesaikan permainan puzzle.

Berdasarkan ilustrasi di atas, sebagai seorang guru atau orangtua hendaknya harus mengenali, memilih dan kemudian memutuskan kegiatan terorganisir seperti apakah yang akan dikembangkan untuk sejumlah anak dengan kemampuan yang berbeda tersebut.


A. HAKIKAT BERMAIN


minat-bermain-dan-perkembangan-anak-mainan-edukasi


Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak pada umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya di manapun mereka memiliki kesempatan.

Menurut Piaget dalam Mayesti, bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seorang anak,  sedangkan menurut Parten dalam Dockett dan Fleer memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak berekplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat di mana ia hidup.

Selanjutnya Dockett dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.


B. TUJUAN BERMAIN PADA ANAK USIA DINI


minat-bermain-dan-perkembangan-anak-mainan-edukasi


Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya.

Elkonin dalam Catron dan Allen salah seorang murid dari Vygotsky menggambarkan empat prinsip bermain, yaitu: (1) dalam bermain anak mengembangkan sistem untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks; (2) kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain; (3) anak menggunakan replika untuk menggantikan obyek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda. Kemampuan menggunakan simbol termasuk ke dalam perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi; (4) kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi, karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang telah ditentukan bersama teman mainnya.

Untuk mendukung keempat hal tersebut, seorang anak dapat melakukan pembelajaran yang situasinya merupakan khayalan anak tersebut atau yang biasa disebut dengan bermain sosiodrama, bermain pura-pura, atau bermain drama.

Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa. Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan seorang anak.

Eheart dan Leavitt dalam Stone mengatakan bahwa pembelajaran dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak saja pada potensi fisik, tetapi juga pada perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreatifitas dan pada akhirnya prestasi akademik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wolfgang berpendapat bahwa terdapat sejumlah nilai-nilai dalam bermain (the value of play), yaitu bermain dapat mengembangkan keterampilan sosial, emosional dan kognitif. Dalam pembelajaran terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak terhadap perkembangannya, sehingga dapat diidentifikasi bahwa fungsi bermain, antara lain: (1)  dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan, karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya; (2) dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain (empati); (3) dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain anak seringkali melakukan ekspolorasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; (4) dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi diri sendiri, karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.

Cosby dan Sawyer menyatakan bahwa permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri; mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru.


C. KARAKTERISTIK BERMAIN PADA ANAK USIA DINI


minat-bermain-dan-perkembangan-anak-mainan-edukasi


Jeffre, McConkey dan Hewson berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak yang perlu dipahami oleh stimulator, yaitu:

Bermain muncul dari dalam anak

Keinginan bermain harus muncul dari dalam diri anak, sehingga anak dapat menikmati dan bermain sesuai dengan caranya sendiri. Itu artinya bermain dilakukan dengan kesukarelaan, bukan paksaan.

Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati. 

Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena akan usia dini memiliki cara bermainnya sendiri. Untuk itulah bermain pada anak selalu menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan.

Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya

Dalam bermain anak melakukan aktivitas nyata, misalnya pada saat anak bermain dengan air, anak melakukan aktivitas dengan air dan mengenal air dari bermainnya. Bermain melibatkan partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental.

Bermain harus difokuskan pada proses daripada hasil

Dalam bermain akan harus difokuskan pada proses, bukan hasil yang diciptakan oleh anak. Dalam bermain anak mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan keterampilan baru, mengembangkan keterampilan anak dan anak memperoleh pengetahuan dari apa yang ia mainkan.

Bermain harus didominasi oleh pemain

Dalam bermain harus didominasi oleh pemain, yaitu anak itu sendiri tidak didominasi oleh orang dewasa, karena jika bermain didominasi oleh orang dewasa maka anak tidak akan mendapatkan makna apa pun dari bermainnya.

Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain

Anak sebagai pemain harus terjun langsung dalam bermain. jika anak pasif dalam bermain anak tidak akan memperoleh pengalaman baru, karena bagi anak bermain adalah bekerja untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.


D. KLASIFIKASI DAN JENIS BERMAIN


minat-bermain-dan-perkembangan-anak-mainan-edukasi


Adapun jenis permainan yang dapat dikembangkan di dalam program pembelajaran anak usia dini dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis permainan seperti yang dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan Hewson, yakni permainan eksploratif, permainan dinamis, permainan dengan keterampilan, permainan sosial, permainan imajinatif, dan permainan teka-teki. Keenam penggolongan tersebut pada dasarnya saling terintegrasi satu dengan lainnya, sehingga dalam penerapannya mungkin saja salah satu permainan dapat mengembangkan jenis permainan yang lainnya. Justru keterpaduan di antara permainan tersebut maka akan menjadi daya tarik tersendiri anak saat melakukan permainan tersebut.

Selain jenis permainan tersebut di atas, yang dimaksud dengan permainan kreatif merujuk pada paparan Lopes dalam tulisannya yang berjudul “Creative Play Helps Children Grow”, menyatakan bahwa permainan kreatif dapat diklasifikasikan dalam:

(1) Kreasi terhadap objek berupa pembelajaran di mana anak melakukan kreasi tertentu terhadap suatu objek seperti menggabungkan potongan-potongan benda sehingga menjadi bentuk mobil-mobilan.

(2) Cerita bersambung berupa pembelajaran di mana guru memulai awal sebuah cerita dan setiap anak menambahkan cerita selanjutnya bagian per bagian seperti cerita dengan menggunakan buku besar.

(3) Permainan drama kreatif berupa permainan di mana anak dapat mengekspresikan diri melalui peniruan terhadap tingkah laku orang, hewan ataupun tanaman, hal ini dapat mereka memahami dan menghadapi dunia seperti bermain peran dokter-dokteran.

(4) Gerakan kreatif berupa pembelajaran yan glebih menggunakan otot-otot besar seperti permainann aku seorang pemimpin di mana seorang anak melakukan gerakan tertentu dan anak lain mengikutinya/ berpantomim atau kegiatan membangun dengan pasir, lumpur dan atau tanah liat.

(5) Pertanyaan kreatif yang berhubungan dengan pertanyaan terbuka, menjawab pertanyaan dengan sentuhan panca indra, pertanyaan tentang perubahan, pertanyaan yang membutuhkan beragam jawaban, pertanyaan yang berhubungan dengan suatu proses atau kejadian.


E. TAHAPAN DAN PERKEMBANGAN BERMAIN


minat-bermain-dan-perkembangan-anak-mainan-edukasi


Dalam bermain, anak belajar untuk berinteraksi dengan lingkungann dan orang yang ada di sekitarnya. Dari interaksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya maka kemampuan sosialisasi anak pun menjadi berkembang. Pada usia dua hingga lima tahun, anak memiliki perkembangan bermain dengan teman bermainnya.

Berikut ini enam tahapan perkembangan bermain pada anak menurut Parten dan Rogers dalam Dockett dan Fleer.

1. Unoccupied atau tidak menetap

Anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain. anak pada tahap ini hanya mengamati sekeliling dan berjalan-jalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang bermain.

2. Onlooker atau penonton/pengamat

Pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain, tetapi anak sudah mulai bertanya dan lebih mendekat pada anak yang sedang bermain dan anak sudah mulai mnucul ketertarikan untuk bermain. setelah mengamati anak biasanya dapat mengubah caranya bermain.

3. Solitary independent play atau bermain sendiri

Tahap ini anak sudah mulai bermain, tetapi bermain sendiri dengan mainannya, terkadang anak berbicara dengan temannya yang sedang bermain, tetapi tidak terlibat dengan permainan anak lain.

4. Parallel activity atau kegiatan pararel

Anak sudah bermain dengan anak lain tetapi belum terjadi interaksi dengan anak lainnya dan anak cenderung menggunakan alat yang ada di dekat anak yang lain. Pada tahap ini, anak juga tidak mempengaruhi anak lain dalam bermain dengan permainannya. Anak masih senang memanipulasi benda daripada bermain dengan anak lain. Dalam tahap ini biasanya anak memainkan alat permainan yang sama dengan anak lainnya. Apa yang dilakukan anak yang satu tidak memengaruhi anak yang lain.

5. Associative play atau bermain dengan teman

Pada tahap terjadi interaksi yang lebih kompleks pada anak. Dalam bermain anak sudah mulai saling mengingatkan satu sama lain. Terjadi tukar menukar mainan atau anak mengikuti anak lain. Meskipun anak dalam kelompok melakukan kegiatan yang sama, tidak terdapat aturan yang mengikat dan belum memiliki tujuan yang khusus atau belum terjadi diskusi untuk mencapai satu tujuan bersama, seperti membangun bangunan dengan perencanaan. Tetapi, masing-masing dapat sewaktu-waktu meninggalkan permainan kapan saja ia mau, tanpa perlu merusak mainan.

6. Cooperative or organized supplementary play atau kerja sama dalam bermain atau dengan aturan

Saat anak bermain secara bersama secara lebih terorganisasi dan masing-masing menjalankan peran yang saling memengaruhi satu sama lain. Anak bekerja sama dengan anak lain untuk membangun sesuatu, terjadi persaingan, membentuk permainan drama dan biasanya dipengaruhi oleh anak yang memiliki pengaruh atau adanya pemimpin dalam bermain.

Dari keenam tahapan di atas, tampak bahwa dalam bermain anak mengambangkan kemampuannya dan belajar untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.


F. BERMAIN BERDASARKAN KEMAMPUAN ANAK


minat-bermain-dan-perkembangan-anak-mainan-edukasi


Pembelajaran pada anak usia dini juga dipengaruhi oleh kemampuannya baik secara fisik, kognitif, bahasa, sosioemosional ataupun keterampilannya. Untuk itu bermain dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuan anak, sebagai berikut:

1. Bermain Eksploratoris

Bermain eksplorasi memengaruhi perkembangan anak melalui empat cara yang berbeda: (1) ekplorasi memberikan kesempatan pada setiap anak untuk menemukan hal baru, (2) eksplorasi merangsang rasa ingin tahu naka, (3) eksplorasi membantu anak mengembangkan keterampilannya, dan (4) eksplorasi mendorong anak untuk mempelajari keterampilan baru. Adapun cara untuk mendorong anak untuk bermain eksplorasi:


  • Tunjukkan pada anak bahwa dunia ini sangat berharga untuk dieksplorasi atau dijelajahi.
  • Ikuti apa yang dilakukan anak, orangtua hanya mengawasai dan mendampingi saja.
  • Orangtua dapat menunjukkan cara bereksplorasi agar anak lebih termotivasi.

Memilih kegiatan permainan

Kesan pertama:


  • Melibatkan anak dalam berbagai permainan dan libatkan anak dalam kegiatan rutinitas sehari-hari.
  • Beri dukungan pada anak dan biarkan anak mengetahui apa yang terjadi di sekelilingnya.
  • Lihat, ajak anak untuk melihat dan fokus pada alat permainannya yang tidak diletakkan pada tempat tertentu yang menarik perhatian anak sehingga anak terdorong untuk menggapai atau mengambil alat permainan tersebut.

Bekerja dengan tangan:


  • Permainan ini untuk anak yang telah mempelajari tingkatan tertentu pada keterampilan tangannya seperti meraih, dan mengambil benda. Kegiatan ini melibatkan anak untuk menggunakan tangannya dalam bereksplorasi dengan benda-benda yang ada di sekelilingnya dengan tingkat kesulitan yang bertingkat.
  • Berkeliling, kegiatan ini diberikan pada anak yang mulai berjalan dan senang berkeliling seperti seorang penjelajah, di mana anak diajak berkeliling untuk bereksplorasi dengan dunia yang lebih luas.

2. Bermain Energetik

Permainan ini melibatkan energi yang sangat banya, seperti memanjat, melompat dan bermain bola. Kegiatan ini melibatkan seluruh koordinasi tubuh. Pentingnya permainan kekuatan: (1) permainan enerjik membantu anak untuk menjadi penjelajah yang aktif dalam lingkungannya, (2) permainan enerjik membantu anak untuk mengendalikan tubuhnya, (3) permainan enerjik membantu anak untuk mengkoordinasikan setiap bagian yang berbeda pada tubuhnya.

Permainan enerjik untuk anak cacat, berguna untuk: (1) membantu anak untuk mengendalikan tubuhnya dan bergerak sesuai dengan tujuannya, tetapi tetap harus didampingi oleh seorang terapis, (2) membangkitkan permainan enerjik, (3) sebelum melakukan kegiatan sebaiknya mengetahui penampakan tahapan perkembangan permainan enerjik yang disajikan dalam grafik perkembangan.

Memilih kegiatan permainan

Maju terus


  • Tetap tenang dan percaya diri dalam melakukan kegiatan.
  • Kendalikan dengan lembut, hindari gerakan yang menyentak.
  • Jangan memberikan perlawanan terhadap ketahanan.
  • Dilakukan pada kedua sisi tubuh.
  • Tanpa pakaian, karena pakaian dapat menghambat gerakan anak.

Menemukan pada kaki sendiri

Kegiatan ini untuk mengembangkan kemampuan berjalan pada anak

  • Berpijak pada kaki
  • Menarik dan mendorong
  • Permainan dilihat dan melihat
  • Merangkak, berdiri, bangkit, bergerak untuk berdiri tegak dan berdiri sendiri, berjalan sendiri dan menendang.

Bersiap untuk bergerak

Kegiatan ini dikembangkan untuk anak yang sudah berjalan, seperti: memanjat, menaiki tangga, melompat, mengendarai sepeda roda tiga, bermain sepatu roda, menendang bola, melempar, menangkap dan bermain dalam tim, seperti bermainan bola yang melibatkan kegiatan menendang, melempar dan menangkap.

3. Bermain Keterampilan.

Pentingnya bermain dengan keterampilan, antara lain: (1) membantu anak untuk menjadi pembangun, (2) dapat mengurangi keputusasaan, (3) mengarah pada kebergunaan dan kemandirian, (4) mengembangkan keterampilan baru meningkatkan kepercayaan diri, serta (5) belajar melalui memegang langsung bahan.

Membangkitkan permainan dengan keterampilan

Untuk membangkitkan permainann dengan menggunakan keterampilan penting bagi orang dewasa untuk memahami perkembangan anak yang sedang terjadi melalui grafik perkembangan.

Memilih kegiatan permainan yang melibatkan keterampilan

Memegang langsung

Sebelum anak terlibat dalam kegiatan yang memerlukan keterampilan, anak perlu berkembang:

  • Kemampuannya dalam melihat dan mengikutinya jika bergerak.
  • Meraih benda.
  • Memegang benda di tangannya.
  • Menggunakan jari jemari dan ibu jari untuk memegang benda.

Berikut ini kegiatan permainan yang dapat dikembangkan untuk mengasah berbagai keterampilan yang berbeda:


  • Mencari, berisikan kegiatan untuk mengembangkan kemampuan melihat, mengikuti objek, dan mencari asal suara.
  • Meraih, menggambarkan kegiatan untuk mengembangkan kemampuan dalam meraih, seperti boneka kelly, mainan yang dapat diremas dan alat musik sederhana.
  • Menggenggam, kegiatan yang mengembangkan kemampuan menggenggam pada anak.
  • Seluruh jari dan ibu jari, mengembangkan kemampuan untuk menggunakan jari dan ibu jari, seperti mendayung perahu, mendorong diri sendiri, membuat dan menggosok sosis dan bertepuk tangan.

Tangan yang pintar

- Menggunakan

Mengembangkan kegiatan yang melibatkan dalam menggunakan peralatan, seperti permainan memukul dengan palu, memukul drum, mengelompokkan peralatan dan kesempatan untuk menggunakan peralatan atau perkakas.

- Melanjutkan

Mengembangkan kemampuan yang melibatkan kegiatan untuk meraih, seperti memasukkan cincin dan meronce permulaan.

- Membangun

Mengembangkan kemampuan dalam membangun, seperti membangun menara dengan menggunakan dua buah balok, membuat kereta balok, mainan memasangkan balok dan balok kayu.

- Menggambar

Kegiatan ini mengembangkan kegiatan berhubungan menggambar dan termasuk menggunting dan merekat, seperti mencoret-coret, mencocokkan gambar, melukis, membuat buku coretan dan merobek kertas.


4. Bermain Sosial

Penting bagi seorang anak untuk terlibat dengan orang lain selain dirinya. Interaksi, dapat diartikan secara sederhana dengan merespon pada perilaku orang lain. Bermain sosial, dasar dari seluruh pembelejaran sosial adalah adanya interaksi antara dua orang atau lebih.
Pentingnya bermain sosial: (1) sebagai sarana bagi anak untuk belajar dari orang lain, (2) mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi, (3) membuat anak lebih mampu untuk bersosialisasi, (4) membantu anak untuk mengembangkan persahabatan.

Memilih Kegiatan Permainan

Bermain denganku

Merupakan bentuk awal dari bermain sosial, biasanya terjadi antara anak dan orang tua, seperti orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat, mengawasi respon yang tidak diinginkan, mengikuti kemauan anak dan menyanyikan lagu anak.

Kita berdua

Kegiatan  yang melibatkan sedikitnya dua orang dalam bermain, baik orang dewasa dan anak, atau dua orang anak, seperti: terlibat langsung, berlatih dengan orang tua, bertemu dengan anak lain, terbiasa dengan anak lain, serta mendorong anak untuk bermain bersama.

Bergiliran

Dikembangkan pada kegiatan yang melibatkan aturan atau bermain dengan aturan:

  • Mempelajari aturan baik antara orang dewasa dan anak, dua orang anak dan sekelompok anak.
  • Mempelajari aturan pada permainan sederhana dan perlombaan.
  • Membuat permainan yang lebih sulit.
  • Peraturan baru, seperti pemenang, dadu dan ular tangga.
  • Permainan luar ruangan.

5. Bermain Imajinatif

Pentingnya bermain imajinasi, (1) membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bahasa, (2) membantu anak untuk memahami orang laing, (3) membantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya, (4) membantu anak untuk mengenali dirinya sendiri.

Memilih pembelajaran


  • Mari berpura-pura: membawahi imajinasinya, bermain pura-pura, bermain peran. Tujuan umum: anak mampu mengikuti petunjuk, menjadi lebih imajinatif, menyusun skenario dan membicarakannya.
  • Bercerita: melihat gambar dan waktu cerita.


6. Bermain Teka-teki

Pentingnya bermain memecahkan teka-teki dapat: (1) mengembangkan kemampuan anak dalam berpikir, (2) teka-teki mendorong rasa ingin tahu anak, dan (3) mengembangkan kemandirian pada anak.

Bermain teka-teki pada anak cacat:


  • Menunjukkan padanya bahwa di dunia ini banyak objek yang dapat menarik perhatiannya.
  • Harus memberikan perhatian pada objek yang sangat dimintai oleh anak.
  • Mendorong rasa ingin tahu anak terhadap puzzle.
  • Memberikan kesempatan pada anak untuk memecahkan teka-teki.

Mengembangkan permainan teka-teki

- Bagaimana cara kerjanya?

Anak harus memecahkan persoalan dengan menemukan bagaimana cara kerjanya.

- Serupa tetapi tak sama

Berisikan kegiatan yang mengembangkan kemampuan anak untuk mencari tahu perbedaan dan persamaan dari berbagai objek, seperti permainan mencocokkan dan permainan mengelompokkan.

Selanjutnya Minat Bermain dan Perkembangan Anak (bagian 2)



#terimakasihgoogle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar