Selasa, 31 Januari 2017

Mainan Edukasi ABACA Flashcard, Sejarah dan Filosofi Penemuannya (Bagian 1)



Membaca adalah jendela dunia. Dengan ABACA Flashcard belajar membaca menjadi mudah dan menyenangkan.

MENGAPA BERBENTUK FLASHCARD?

Metode mengajar yang baik adalah secara interaktif, ada hubungan timbal balik antara guru dengan murid.
Proses belajar mengajar yang baik memenuhi poin-poin berikut ini:

1. Bersifat interaktif, ada hubungan timbal balik antara guru dengan murid.
2. Melibatkan banyak indera.
3. Bersifat privat.
4. Guru segera memberikan tanggapan ketika murid mengalami kesulitan. Memberikan evaluasi tanpa mengkritik dan memberikan pujian jika murid berhasil menjawab dengan benar.
5. Mampu mengembangkan imajinasi murid.

Metode mengajar yang baik membutuhkan media pembelajaran yang baik. 

Kriteria media pembelajaran yang baik:

1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Efektif.
3. Tepat sasaran.
4. Berkualitas

Media pembelajaran apa yang tepat untuk mengajari anak belajar huruf?
Flashcard adalah pilihan yang tepat. Bayi mempelajari bahasa melalui konteks. Agar bayi mudah memahami bahasa, perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Kata-kata diucapkan secara lantang (mudah didengar).
2. Jelas.
3. Disampaikan secara berulang-ulang.
4. Dengan cara inilah seorang ibu bisa berkomunikasi dengan bayinya.

Dan Flashcard adalah media yang tepat untuk mengenalkan bahasa sekaligus tulisan kepada anak. Anak-anak mudah memahami tulisan dalam bentuk yang sederhana, metode pembelajarannya menarik dan sering diulang. Dengan cara tersebut, anak belajar membaca secara alami sebagaimana ia belajar berbicara dengan menggunakan bahasa ibunya. Mengajari anak membaca berarti kita mengolah bahasa ke dalam bentuk tulisan.

KEUNGGULAN FLASHCARD

- Flascard membantu anak lebih fokus terhadap huruf.
- Berbentuk kartu dengan huruf yang besar dan warna mencolok disertai dengan gambar.
- Dilengkapi permainan agar hasil lebih efektif.

Anak-anak suka dengan permainan. Mereka belajar melalui permainan. Dengan cara ini proses belajar mengadi sangat menyenangkan, anak tidak cepat bosan, mereka menikmati proses belajar sehingga hasilnya lebih optimal.

MENGAPA TIDAK BERBENTUK VCD, BUKU, TV ATAU YANG LAINNYA?

Sebab VCD, Buku, TV tidak memenuhi poin-poin sebagai media belajar yang bagus karena tidak bersifat interaktif, tidak melibatkan banyak indera, tidak bersifat privat, dan tidak memberi umpan balik secara langsung. Itulah salah satu sebab acara menarik sekelas OSCAR’S BLENDING gagal total memahamkan anak mengenal huruf. 

Hasil riset menunjukan bahwa dari 20 anak yang ditelita, 35% diantara mereka menonton acara tersebut sampai selesai. Tetapi anak-anak tersebut ternyata tidak mampu memahami materi huruf yang disampaikan. Penyebabnya, pembawa acaranya yang berupa boneka lucu ternyata lebih menarik perhatian daripada materi huruf yang diajarkan. Akibatnya, anak-anak tidak memperhatikan materi huruf yang diajarkan.

MEDIA BELAJAR YANG BAGUS SELAIN MEMBUAT ANAK SUKA BELAJAR JUGA EFEKTIF MEMBUAT MEREKA MENYERAP MATERI DENGAN BAIK.

Mengapa ABACA Flashcard yang terbaik? Karena:

1. Bersifat interaktif, ada hubungan timbal balik antara guru dengan murid
2. Melibatkan banyak indera
3. Bersifat privat
4. Mampu mengembangkan imajinasi anak.

KEUNGGULAN ABACA FLASHCARD

ABACA Flashcard memberikan hasil yang luar biasa. Anak bisa lulus seri 1 hanya dalam waktu sebulan. Lulus seri 2 hanya dalam waktu sehari bahkan cuma membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Setiap kartu diurutkan berdasarkan tingkat kesulitan. Misal, kartu “a”, “ba”, “ca” di box 1 sedangkan kartu “da” di box 2. Ini bertujuan untuk menghindari kerancuan pemahaman anak terhadap “ba” dan “da”.

Gambar diletakan di balik kartu. Ini bertujuan agar anak fokus pada materi huruf sekaligus sebagai pengait agar anak tidak mudah lupa terhadap materi yang dipelajarinya. Setiap kartu diklasifikasikan secara sistematis dan terstruktur menyerupai ilmu deret dalam matematika.

Berikut ini kesalahan yang dilakukan Flashcard di pasaran:

1. Meletakan gambar dan huruf pada satu sisi

Hal ini menghilangkan unsur memorizing sehingga anak tidak benar-benar mau mengingat huruf yang ada pada kartu tersebut. Tersebab dalam 1 sisi kartu yang sama terdapat huruf sekaligus gambar. Jadi anak cenderung membaca gambar bukan huruf. Kartu yang dibuat dengan hamar dan huruf dalam satu sisi, akan menurunkan lebih dari 50 % keberhasilan menghafal huruf.

2. Menggunakan nama huruf lalu mengaitkannya dengan obyek benda yang bunyinya berbeda.

Fakta menunjukan, huruf memiliki nama dan nama huruf itu berbeda dengan bunyinya. Contoh huruf “c” bunyinya “ce”. Seringkali metode yang ada kurang memperhatikan penamaan huruf dengan bunyi huruf. Sehingga huruf “c” seringkali digunakan untuk mewakili obyek “cicak”. Ketidakkonsistenan penyebutan ini membuat rata-rata anak (tidak semuanya, tapi kebanyakan anak) gagal memahami metode ini. Hal tersebut akan mengurangi tingkat keberhasilan dan membuat hafalan huruf menjadi lebih lama. Metode seperti ini cocok untuk anak yang sudah memahami tekhnik memaca, bukan anak yang baru pertama belajar simbol. Jadi tidak cocok untuk pemula.

3. Terlalu banyak variabel yang diberikan pada satu kartu

Pada kebanyakan Flashcard, dalam 1 kartu ada banyak sekali huruf. Hal ini akan mengurangi tingkat konsentrasi anak dan membuat mereka susah menghafal. Semakin banyak variabel dalam satu kartu maka semakin tinggi tingkat kegagalannya dan membuat mereka merasa sedang tidak belajar meskipun metodenya sudah dilengkapi musik, bahkan game. Musik atau bahkan game apapun yang disertakan pada kartu, jika materi pada kartu terlalu sulit maka anak akan kehilangan kesenangan bermain game. 

Jadi jangan terkecoh pada sebuah metode yang mengklaim bisa ini dan itu sementara di dalam satu kartu ternyata terdapat terlalu banyak variabel huruf. Semakin banyak huruf, semakin membuat anak tertekan dan kehilangan gairah belajar.

ABACA Flashcard memperhitungkan tingkat kesulitan materi huruf pada setiap kartu. Tekhnik pengklasifikasian tiap suku kata diperhitungkan berdasarkan hasil observasi pada beberapa anak yang mengalami kesulitan menghafal huruf. Huruf-huruf yang sulit diletakan di urutan terakhir agar anak tidak terbebani ketika pertama kali mengenal huruf tertentu.

Dalam 1 sisi kartu ABACA hanya ada 1 simbol yang variabelnya berubah seperti a, b, c dst dan satu huruf lagi yang variabelnya tetap. Dengan menciptakan pola yang konsisten hinga “za” lalu mengklasifikasikannya sesuai tingkat kesulitannya, membuat ABACA Flashcard lebih mudah dihafal dibandingkan kartu atau metode lain yang ada di pasaran.

Dipadukan dengan game seru. Tingkat kesulitan gamenya pun diperhitungkan. Jika game terlalu sulit, maka akan menurunkan gairah anak untuk belajar. Sehingga perpaduan antara game dengan materi yang ada pada kartu harus selaras agar belajar menjadi benar-benar menyenangkan.


APA YANG TERJADI SAAT ANAK YANG BELUM SIAP BELAJAR MEMBACA MENGGUNAKAN FLASHCARD SELAIN ABACA?

Tingkat kegagalannya makin tinggi, diiringi dengan tingkat stres yang besar. Tak hanya tingkat stres mereka yang meningkat, anak juga mengalami kesulitan untuk fokus. Tingkat keberhasilan kecil (meskipun ada yang berhasil namun jumlahnya sangat sedikit). Dan jika orang tua tidak sabar, justru bisa memicu munculnya mental hectic.


PENEMUAN ABACA FLASHCARD  BERAWAL DARI KELAS FISIKA KUANTUM

Di sebuah kelas Fisika Teori, dosen sedang menjelaskan kepada mahasiswanya tentang kelebihan ilmu Fisika Terori dibandingkan ilmu lainnya. Salah satu mahasiswi yang ada di kelas itu sangat mencintai bidang matematika. Ia justru meragukan kata-kata dosennya sendiri. Bagi si mahasiswi, kalimat sang dosen adalah sebuah arogansi. Menurutnya dalam dunia sains tidak ada keniscayaan. Sains terus berkembang. 

Dengan cara itulah, ilmu pengetahuan dan tekhnologi terus ditemukan dan berkembang. Di alam ini semua bersifat nisbi, itulah sebabnya ia berani membuat gagasan ‘gila’. Mengacak-acak urutan alphabet yang telah dibakukan oleh dunia internasional. Kemudian ia membuat kurikulum sendiri tentang belajar huruf.

Si mahasiswi sangat yakin, anak-anak tidak peduli dengan urutan alphabet. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana supaya mereka bisa lebih mudah mengingat alphabet yang jumlahnya sangat banyak itu. Hingga akhirnya pada juni 2011, alumni Fisika Teori tersebut berhasil menemukan ABACA Flashcard. Ia memperkenalkan temuannya tadi di Facebook. Mahasiswi inilah yang dikenal dengan nama Diena Ulfaty.

Gagasan dan penemuan baru lazimnya akan mendapat pertentangan pada awalnya. Hingga kemudian diakui dan diterima banyak orang. Demikian halnya yang dialami oleh ilmuwan sekelas Issac Newton, Albert Einsten dll. Ini pula yang dialami ABACA Flashcard. Pada awalnya, dianggap melawan arus. 

Urutan Alphabet tidak sebagaimana mestinya dan ukuran Flashcardnya tidak terlalu besar. Namun ternyata, respon customer sungguh luar biasa. Mereka banyak yang puas. Belajar membaca menjadi sangat mudah dan menyenangkan. Bahkan ABACA Flashcard membuat anak-anak kecanduan belajar membaca sesuai testimoni yang ada.


KETERATURAN MEMBUAT MANUSIA MUDAH MEMAHAMI SESUATU

Alam semesta diciptakan dalam keteraturan, bukan tanpa sebab yang jelas. Andai semua benda yang kita lempar di atas bumi tidak selalu jatuh ke bawah, maka Newton tidak akan pernah menemukan teori gravitasi. Sains itu mudah, karena didapat dari pemahaman manusia terhadap kejadian alam yang teratur dan konsisten. Jika alam ini kacau, maka ilmuwan akan susah merumuskan apapun. Akibatnya, tidak akan lahir ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Inti dari semua ini adalah, bahwa keteraturan membuat manusia dapat memahami sesuatu dan kekacauan membuat manusia tidak dapat mengambil pelajaran dari alam sekitarnya.


MENGAPA KETERATURAN DIPERLUKAN DI SETIAP HAL, TERMASUK ALPHABET?

Sains membuktikan, keteraturan diperlukan hampir di setiap hal. Dengan mekanisme inilah, manusia bisa memahami sesuatu. Maka, huruf alphabet juga memerlukan rumusan tertentu yang polanya konsisten. Keteraturan pola inilah yang diwujudkan dalam ABACA Flashcard. Agar otak anak yang belum cukup berkembang bisa lebih mudah memahaminya.

Riset membuktikan, hanya sebagian kecil anak yang mampu menguasai materi huruf tanpa menggunakan metode terstruktur. Hanya anak dengan IQ tinggi atau yang memiliki kecerdasan logika tinggi yang mampu membaca tanpa menggunakan metode terstruktur.

Marie Curie adalah penemu polonium, yang merupakan salah satu unsur kimia dengan simbol Po dan memiliki nomor atom 84. Atas penemuannya tersebut, ia mendapatkan hadiah nobel ketika berusia 35 tahun. Marie Curie sudah bisa membaca saat usianya 4 tahun. Padahal ia hanya diajari nama-nama huruf dan bunyi kata oleh kakaknya yang berusia 7 tahun. Ketika itu, kakak Marie belum bisa membaca. Ia hanya tahu nama-nama huruf saja. Anehnya, justru Marie yang lebih dulu bisa membaca meskipun ia hanya diajari nama-nama huruf dan bunyi kata saja.

Selain Marie Curie, ada lagi anak jenius lain yang sudah bisa membaca surat kabar dengan lancar saat usianya baru 6 tahun. Ditangani oleh seorang psikolog Amerika bernama Torey Hayden hingga anak ini mandiri dan dapat menata hidupnya sendiri setelah sebelumnya menghadapi kekerasan di rumahnya. Anak tersebut bernama Sheila. Saat Sheila ditanya, siapa yang mengajarinya membaca. Jawabannya sangat mengejutkan. Ia berkata, “Tidak tahu. Aku tiba-tiba bisa membaca tulisan di pinggir jalan dan robekan surat kabar yang dibuang di tempat sampah. Saat di tes IQ, ternyata IQ Sheila sama dengan IQ Albert Einstein, yakni kategori jenius.

Anak-anak jenius memiliki cara mengolah informasi di dalam otaknya dengan cara yang berbeda dibanding dengan anak normal. Itulah sebabnya, mereka tidak memerlukan metode terstruktur untuk dapat memahami huruf. Pada umumnya, mereka dapat membaca di usia yang sangat dini bahkan sebagian orang tua mereka tidak tahu secara pasti sejak kapan anak mereka bisa membaca.

Bagaimana dengan rata-rata anak yang tidak memiliki IQ setinggi Marei Curie? Apakah anggapan bahwa anak akan bisa membaca sendiri jika sudah waktunya merupakan anggapan yang benar? Andai saja pernyataan yang mengatakan bahwa anak yang sudah siap belajar membaca akan bisa membaca dengan sendirinya (tanpa stimulus dan berlaku untuk semua jenis kecerdasan), tentu di dunia ini tidak akan ada yang buta huruf.

Tapi faktanya tidak seperti itu. Bahkan Indonesia termasuk negara yang angka buta hurufnya masih tinggi. Belajar membaca tidak sama dengan belajar berjalan atau merangkak, yang bisa terjadi secara alamiah dan jika masanya tiba maka pasti bisa. Membaca lebih mirip mengerjakan tugas matematika yang memerlukan banyak latihan dan hanya dapat dikerjakan secara mudah (lebih mudah) jika anak sudah memiliki kemampuan menalar atau berfikir logis. Untuk mencapai tahap keahlian membaca, ataupun menjawab soal matematika, diperlukan latihan. Dan latihan ini hanya bisa dilakukan ketika anak telah dinyatakan siap belajar simbol (huruf/angka).


PENTINGNYA PENGKLASIFIKASIAN HURUF PADA ABACA FLASHCARDS

Latar belakangnya:

1. Jumlah anak yang mampu belajar membaca tanpa metode terstruktur masih sangat sedikit. Hanya anak dengan IQ jenius atau anak yang memiliki kecerdasan logika tinggi saja yang mampu belajar membaca tanpa perlu metode terstruktur. Dengan demikian, secara statistik rata-rata anak membutuhkan meotde terstruktur. Metode terstruktur ini adalah dengan mengklasifikasikan huruf alphabet mengikuti pola tertentu. ABACA Flashcard mengggunakan metode artimatika suku kata, yakni mengklasifikasikan materi dengan urutan termudah sampai tingkat kesulitan tertinggi dan terpola jelas serta dipadukan dengan game agar anak-anak enjoy saat belajar.

2. Rentang perhatian rata-rata anak terkategori pendek

Anak-anak mudah bosan. Oleh karena itu mereka bisa fokus pada suatu hal hanya sebentar saja. Termasuk perhatian mereka kepada buku. Rata-rata anak tidak sanggup menyelesaikan dua halaman buku belajar membaca dan memilih berhenti membaca kalimat yang ada di buku, sebab kurang menikmati cara belajarnya. Ini yang terjadi pada rata-rata anak. Dunia anak memang bermain. Mereka belajar pun sambil bermain. Mengkombinasikan proses belajar dengan permainan tentu lebih mengasyikan bagi anak. Mereka merasakan sedang bermain. Padahal pada waktu yang sama mereka juga sedang belajar.

3. Anak-anak cenderung suka pada materi yang mudah

Jika anak-anak dipilihkan materi yang cenderung sulit, mereka akan malas melanjutkan ke sesi berikutnya dan memilih berhenti belajar. Agar materi membaca menjadi mudah maka ABACA Flashcard membuat kurikulum sendiri untuk membaca huruf dengan memisahkan suka kata yang mirip dan meletakan huruf-huruf sulit di box-box terakhir. Jika dengan kurikulum seperti ini tidak bisa memahami, maka jangan terlalu berharap pada kartu biasa yang tersusun tanpa pola dan hanya sekumpulan kartu saja yang isinya berupa huruf. Apabila anak kesulitan menggunakan ABACA Flashcard, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengetes kesiapan sang anak. Bila anak belum siap maka tunda dulu belajarnya dan tunggu anak-anak benar-benar siap.

Jika anak sudah siap tapi tetap tidak bisa, maka ganti pengajarnya. Carikan seorang pengajar yang dapat membangun hubungan positif dengan anak tersebut. Tanpa pengajar yang bagus (dapat membangun hubungan positif dengan anak serta memahami karakternya), rasanya agak mustahil memperoleh hasil yang memuaskan, tak peduli sebagus apapun media yang digunakan.

4. Anak-anak tidak suka diforsir.

Itulah sebabnya, ABACA Flashcard maksimal hanya terdapat 15 suku kata. Orang tua hendaknya menghentikan sesi belajar dan mengambil jeda waktu untuk istirahat saat anak sudah kehilangan konsentrasinya. Itulah yang melatarbelakangi tekhnik pengklasifikasian suku kata pada box-box yang terdapat pada ABACA Flashcard. Untuk menjaga anak agar selalu pada kondisi terbaiknya.


MENGAPA UKURAN KARTU ABACA FLASHCARD TIDAK DIBUAT SEBESAR KARTU BAYI?

Tidak selamanya yang dianut oleh banyak orang itu benar, karena kebenaran itu sifatnya independen, tidak bergantung pada berapa jumlah orang yang meyakininya. Oleh karena itu, kita harus tahu dari mana hasil pemikiran itu berasal dan mengapa harus diyakini kebenarannya. Apakah itu MITOS atau FAKTA? Adakah data yang mendukung hal itu?

Berikut ini yang mempengaruhi ukuran karta ABACA Flashcard:

1. Mencari font yang ramah untuk mata dan penghematan biaya produksi/harga jual.
2. Khusus dibuat privat meskipun di kelas besar (dengan jumlah murid minimal 20 orang).
3. Anak-anak enjoy dengan ukuran kartu ABACA.


MENCARI FONT YANG RAMAH UNTUK MATA DAN PENGHEMATAN BIAYA PRODUKSI/HARGA JUAL.

Itulah dasar filosofi yang melatarbelakangi mengapa ABACA Flashcard menerbitkan kartu dengan ukuran yang tidak lazim, yang menurut kebanyakan orang ukurannya tidak sebesar kartu bayi. Banyak orang terlanjur terbiasa menggunakan kartu sebesar kartu bayi sehingga menganggap negatif semua hal yang terlihat tidak lazim. 

Belum ada sebuah penelitian, seberapa ukuran kartu yang paling tepat, yang bisa secara efektif mempengaruhi penyerapan materi pada anak. Sebelum diterbitkan, berbagai observasi telah dilakukan. Antara lain memperhatikan ukuran kartu di pasaran beserta ukuran font yang terdapat pada kartu dan buku yang beredar di pasaran. Umumnya ukuran font pada kartu yang besar sekalipun, ternyata fontnya juga tidak terlalu besar disebabkan terlalu banyak variabel huruf yang ada pada setiap kartunya.

ABACA Flashcard dibuat dengan faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah berapa ukuran yang pas, sehingga anak-anak merasa enjoy dan tidak protes. Dan pastinya biaya produksi tidak terlalu tinggi sehingga harga jualnya juga tidak tinggi. Untuk menjawabnya, statistik dibuat dengan mengajukan pertanyaan, 

“Rata-rata orang Indonesia mampu mengeluarkan uang berapa untuk barang seperti ini?” Jika dengan kartu yang ukuran sedang sudah cukup dapat membuat hasil pembelajaran efektif, mengapa kita mengeluarkan biaya produkasi yang besar? Apalagi jika hal itu tidak mempengaruhi hasil pembelajaran secara signifikan?

Itulah pertanyaan yang paling berpengaruh pada pengambilan keputusan tentang ukuran kartu ABACA Flashcard.

Itulah sebabnya harga ABACA Flashcard terjangkau dibanding kartu-kartu sejenis di pasaran. Apalagi bila dibanding dengan kartu untuk bayi yang import, satu set harganya jutaan.

Jika ukuran huruf tidak tepat, mata anak akan mudah lelah sehingga belajar menjadi kurang enjoy. Bahkan kartu yang terlalu besar pun juga dapat membuat anak kurang menikmati proses belajar, mengapa? Sebab jika font terlalu besar, maka pengaruh pada mata yang melihat akan menimbulkan efek lelah. Seperti kelelahan ketika melihat benda dalam jarak yang sangat dekat. Jika ukuran font terlalu besar, mata akan mudah lelah saat melihatnya. Sama seperti jika melihat benda terlalu dekat.

Sebenarnya yang terpenting bukan ukuran kartunya. Sebesar apapun kartu yang digunakan, jika ukuran font atau huruf pada kartu terlalu kecil atau terlalu besar  maka inilah akan mempengaruhi faktor penyerapan materi.

Setelah melakukan observasi pada buku-buku belajar membaca yang ada di pasaran, ternyata hurufnya tidak terlalu besar. Jika dibandingkan font yang ada pada kartu ABACA Flashcard (font a, ba, ca, dll), maka ukuran font yang ada di buku jauh lebih kecil dibanding ukuran font pada kartu ABACA Flashcard.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, ukuran font ABACA Flashcard dibuat sebesar yang ada pada kartu sekarang. Mengingat metode yang digunakan adalah privat, maka ukuran kartu dan font sebesar ABACA Flashcard yang sekarang adalah ukuran yang dianggap paling pas. Dan ketika digunakan oleh anak-anak, tak satu pun diantara mereka mempertanyakan besarnya. Mereka tidak merasa terganggu dengan ukuran kartu dan font yang ada di ABACA Flashcard.

Pertimbangan ukuran kartu ABACA Flashcard adalah:

1. Seberapa mata NORMAL bisa melihat sesuatu tanpa harus merasa lelah.
2. Biaya produksi semakin ditekan maka semakin baik sebab semakin rendah biaya produksi maka semakin terjangkau harga jual kartunya.


ABACA FLASHCARD TIDAK DIJUAL DITOKO BUKU, DAPATKAN HANYA DI DISTRIBUTOR DAN AGEN RESMI.

Kami agen resmi ABACA Flashcard di Kota Semarang menyediakan berbagai Seri ABACA Flashcard sebagai media mainan edukasi yaitu mengajar anak membaca melalui permainan.

Apabila Anda ingin melihat produk beserta spesifikasinya, silahkan klik di sini

#terimakasihgoogle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar